Anders Behring Breivik, Teroris 'Serigala Kesepian'

Sebagian media Barat berstandar ganda dalam menilai aksi Anders Behring Breivik (32). Semula mereka menyebut peristiwa itu sebagai terorisme, tapi setelah pelakunya mengaku, mereka menyebutnya sebagai 'pembunuhan massal' atau 'pembantaian'.

Namun menurut pandangan pengamat Australia, aksi Breivik adalah contoh sebuah fenomena yang disebut terorisme 'serigala kesepian'. 

Dr Ramon Spaaij dari Universitas La Trobe, Melbourne, menuturkan, teroris 'serigala kesepian' melakukan serangan secara independen, terlepas dari organisasi terorisme yang eksis, dan paling merasakan 'keterbelakangan sosial'. 


Dr Spaaij mendalami studi terorisme 'serigala kesepian' yang bermain sendiri ini di 15 negara dan menemukan bahwa ideologi pemicu tindakan itu adalah supremasi kulit putih, Islamisme, nasionalisme/separatisme dan anti-aborsi.

"Mereka penyendiri dengan sedikit teman dan umumnya lebih suka bergerak sendiri," ujarnya seperti dilansir The Herald Sun, Senin (25/7/2011).

"Komunikasi dengan pihak luar sebagian besar terbatas pada tindakan kekerasan dan statemen tertulis," imbuhnya.

Dia mengatakan beberapa kasus tampaknya memiliki hubungan paralel yang signifikan dengan aksi Breivik, yang telah mengaku bertanggung jawab atas serangan kembar pada hari Jumat. Dalam serangan itu, 7 orang tewas dalam bom di luar kantor pemerintahan di Oslo. Tak lama kemudian 86 orang tewas dalam penembakan membabi buta di Pulau Utoeya, tempat para pemuda Partai Buruh mengadakan kemping. 

Breivik disebut-sebut merupakan ekstremis kanan yang berjuang untuk membebaskan Eropa dari penjajahan kaum Muslim selama berabad-abad. Dia menyerang Partai Buruh karena dianggapnya sebagai garis kiri.

Dr Spaaij, peneliti senior di Sekolah Ilmu Sosial La Trobe, menuturkan, empat dari lima teroris 'serigala kesepian' dalam studi kasus yang dipelajarinya, didiagnosa menderita gangguan kepribadian (personality disorder) atau obsessive-compulsive disorder (OCD). Dalam proporsi yang sama mereka mengalami depresi serius setidaknya sekali dalam hidup mereka dan semuanya menderita sebuah variabel 'keterbelakangan sosial." 

Senjata paling umum yang digunakan teroris 'serigala kesepian' adalah senjata api, bahan peledak dan pembajakan bersenjata, dan target utama mereka adalah warga sipil.

"Teroris 'serigala kesepian' cenderung menciptakan ideologi mereka sendiri yang menggabungkan frustasi pribadi dan kebencian dengan tujuan politis, sosial dan keagamaan yang lebih luas," paparnya. 

Dalam studinya yang berjudul "The Enigma of Lone Wolf Terrorism" yang telah dipublikasikan di jurnal Studies in Conflict & Terrorism, Dr Spaaij menulis, para penegak hukum menyatakan teroris 'serigala kesepian' sulit diidentifikasi dan karenanya merupakan ancaman keamanan utama.

Dr Spaaij menuturkan, penelitiannya mengungkapkan kesulitan untuk mencegah dan mendeteksi terorisme 'serigala kesepian' yang disebut juga sebagai terorisme individual karena sifatnya yang bergerak sendirian.

"Riset lebih banyak diperlukan terkait perilaku ini," sarannya.

0 komentar:

Posting Komentar