Sebagian media Barat berstandar ganda dalam menilai aksi Anders Behring Breivik (32). Semula mereka menyebut peristiwa itu sebagai terorisme, tapi setelah pelakunya mengaku, mereka menyebutnya sebagai 'pembunuhan massal' atau 'pembantaian'.
Namun menurut pandangan pengamat Australia, aksi Breivik adalah contoh sebuah fenomena yang disebut terorisme 'serigala kesepian'.
Dr Ramon Spaaij dari Universitas La Trobe, Melbourne, menuturkan, teroris 'serigala kesepian' melakukan serangan secara independen, terlepas dari organisasi terorisme yang eksis, dan paling merasakan 'keterbelakangan sosial'.