Pemerintah mengakui masih sulit melepaskan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dari utang. Ini disebabkan alokasi belanja selalu lebih besar dibanding penerimaan negara.
"Utang penting untuk menutup pembiayaan di APBN yang defisit," kata Rahmat di Hotel Mercure, Sabtu 20 November 2010.
Saat ini total utang semuanya sudah mencapai Rp1.650 triliun dan angka ini terus bertambah. Namun penggunaan utang itu bukan diselenggarakan untuk sesuatu hal yang tidak perlu. Utang masih diperlukan untuk membangun infrastruktur dasar yang tidak mungkin dibiayai oleh swasta.
Meski utang bertambah dari tahun ke tahun, namun porsi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus turun. Penurunan ini cukup signifikan yaitu 27 persen pada Oktober 2010 dibanding 2004 sebesar 57 persen.
Rahmat mengatakan meski secara nominal cukup besar, dengan kepemilikan asing mencapai 30 persennya, namun dia mengklaim pemerintah berhasil membuat sistem keuangan secala keseluruhan sehat. Ini disebabkan sistem fiskal yang terpelihara.
"Ini bisa dilihat dari tambahan utang selama 2004-2008 menghasilkan PDB yang jauh lebih besar. Sehingga rasio utang menurun tajam dari 57 persen akhir 2004 menjadi 32 persen pada 2009," katanya.
Pemerintah juga mengklaim bahwa penurunan rasio utang sejak 2004 ini menunjukkan kemampuan yang baik untuk membayar pinjaman luar negeri dalam jangka pendek.
0 komentar:
Posting Komentar